Kamis, 19 Desember 2019

๐ŸƒKamis, 19 Desember 2019๐Ÿƒ

Ust.Dwi Budiarto
Masjid Nurul Ashri

Pendidikan Kepemimpinan Rasulullah

"Jika Allah menghendaki kebaikan pada seorang hamba, maka Allah jadikan ia sibuk dgn kebaikan"

Kali ini kita berbicara tentang seorang pemimpin, sebut lah beliau Zaid bin Haritsah.
Zaid adalah putra angkat dari Rasulullah.
Pada usianya yang ke 8, ia diajak ibunya untuk mengunjungi kerabatnya, yaitu Bani Ma'an.
Di perjalanan, Zaid ditangkap oleh serombongan pasukan dari kabilah lain, ia kemudian berpisah dari ibunya dan dijual di Pasar Ukhas seharga 400 dirham.
Zaid bin Haritsah pun dibeli oleh Hakim bin Hisyam bin Khuwailid, yg merupakan keluarga dari Khadijah.
Oleh Hakim, Zaid dibeli dan dihadiahkan kepada Khadijah. Dengan Khadijah, Zaid diasuh dan diberi kasih sayang.

Saat menikah dengan Rasulullah, Khadijah memberikan Zaid kepada Rasulullah sebagai hadiah, kemudian hiduplah Zaid bin Haritsah dengan Rasulullah pada saat itu.

Ketika orang orang dari Bani Ma'an berhaji, mereka melihat Zaid dan langsung mengenalinya sebagai putra dari Haritsah, mereka menghampiri Zaid, Zaid berkata "Sampaikan pada ayah dan ibu ku, aku sangat rindu mereka, aku baik baik saja, kini aku berada dalam pengasuhan seorang lelaki yang sangat mulia (Nabi Muhammad)"

Setelah disampaikan pada Haritsah, ia kemudian datang menemui Rasul untuk membebaskan Zaid. Rasulullah menawarkan kepadanya agar memberi Zaid pilihan saja, ikut ayahnya atau ikut Rasul..
Ayahnya sangat setuju, kemudian dipanggil lah Zaid.

Di luar dugaan ayahnya, Zaid dengan cepat lgs memilih tinggal bersama Rasulullah dibanding dengan orangtuanya.
Pada akhirnya Haritsah membiarkan anaknya diasuh oleh lelaki yg mulia ini (Rasulullah).

Mengapa Zaid lebih memilih nabi? Padahal saat itu blm ada yg tau bahwa dikemudian hari Nabi Muhammad akan menjadi Nabi.
Jawabannya satu. Akhlak yang mulia dari seorang Nabi Muhammad. Setiap hari Zaid tinggal dan berinteraksi dengan Rasulullah, ia sudah merasa takjub dengan kepribadian nya,

Biasanya orang-orang ketika sudah dekat akan mengetahui cela nya, namun nabi Muhammad tidak, beliau bahkan tetap mulia.

Lantas, apa yang menjadi cara Nabi untuk membentuk para sahabatnya?

1. Keteladanan

Paling penting jika ingin mendidik adalah menjadi teladan. Entah itu untuk anak maupun masyarakat. Memang ada fasenya kita sangat semangat, namun ada juga saatnya kita nglokro,
Ketika kita menjadi seorang ayah, anak akan meniru perilaku kita, maka jadilah teladan di mata anak, upayakanlah kebaikan pada anak, jika sedang merasa nglokro, tetaplah jadi teladan.
Teladan tdk hanya dalam perilaku, namun juga kepercayaan pada Allah.

Misal, anak kita ingin ikut acara di masjid, biayanya 100 ribu, namun belum ada uang untuk membayar, katakan saja spti "Nak ayah belum ada uang, namun tenang saja, kita punya yang Maha Kaya sayang, Allah akan menggenapi uang ayah nanti"
(Keyakinan Allah pasti akan menolong)

2. Kedekatan

Setelah menjadi teladan, bangunlah kedekatan. Dalam sebuah organisasi, level yg paling sulit adalah ketika dalam sebuah kebersamaan, menjadi baik atau Sholeh justru ada pada level pertama.
Saat Zaid bin Haritsah ditunjuk jadi panglima perang, banyak sahabat yang mengeluhkan nya karena usianya yg masih muda, namun Nabi tetap menunjuk Zaid mjd panglima pada hampir semua peperangan. Hal ini menandakan bahwa Nabi sangat menyayangi Zaid, kedudukan Zaid bagi nabi adalah sbg seorang kekasih yang sangat disayanginya (Aisyah sdr yg mengatakan).
Zaid lbh disayang daripada Umar, Umar sendiri bahkan yg mengatakan nya pula.

Nabi mendidik Zaid sebagai :panglima perang dan wakil dari Nabi ketika sedang keluar kota.

Untuk mendidik nya maka Nabi memberi kedekatan khusus pada Zaid, Krn Nabi tau potensi Zaid.

3. Pengkaryaan

Sebelum dikaryakan, nabi akan mempersaudarakan terlebih dahulu,
Zaid disaudarakan kepada Hamzah bin Abu Muthalib, setelah Hamzah gugur di perang Uhud, Zaid disaudarakan kepada Usaid bin Hutair (seorang pemimpin Anshor)

Mengapa demikian?

Karena nabi ingin kedua orang tersebut mentransfer pengetahuan dan kemampuan mereka kpd Zaid. Dari Hamzah, Zaid belajar teknik peperangan, sedangkan dari Usaid, Zaid belajar keterampilan berkuda.

Jadi, ketika kita mendidik anak, kita perlu mendekat kan anak kita kepada orang yg bisa menumbuhkan mereka, setelah itu kita refleksikan pada anak, "Nak, apa yg kau dapatkan tadi darinya? Apa yg kamu lakukan setelah itu?"
Harapannya anak akan bisa meniru org yg bisa menumbuhkan tadi.

Selain itu kita bisa melalui tarbiyah bil ahdas, mengubah peristiwa menjadi pembelajaran, jadi ketika terjadi suatu peristiwa, kita bisa merefleksikan pada anak apa yang bisa didapatkan dr peristiwa itu.

Kembali lg ke cara nabi melatih kepemimpinan, agar orang terlatih, maka perlu dikaryakan dan diberi kewenangan.
Seorang pemimpin harus bisa memberi kepercayaan pada orang yang telah ditunjuknya.

Demikianlah cara nabi mendidik kepemimpinan pada Zaid bin Haritsah.
Zaid bersama nabi selama kurang lebih 21 tahun,
Zaid gugur di perang Mu'tah.


Sekian, semoga bermanfaat..
Menerima koreksi dan saran:)

Notulen : Anindita
๐ŸƒKamis, 19 Desember 2019๐Ÿƒ

Masjid Mu'adz bin Jabal
Ust. Bendri

Metode Pengasuhan Al Fatih

1. Visi besar ayah

Ayah harus punya visi untuk keluarganya, harus produktif, karena ayah adalah role model anak yg bisa dilihat scr nyata.
Jika ayahnya santai santai, maka anak akan meniru, jadilah produktif.

Saat masih kecil, AlFatih sudah sering diajak jalan jalan ayahnya ke pinggiran Selat Bosphorus dan ditunjukkanlah benteng konstantinopel pada AlFatih. Ayah AlFatih sudah menumbuhkan scr kuat visi dan keinginan pada diri anaknya, bahwa AlFatih lah yang akan menghancurkan benteng besar itu.

2. Pengetahuan Ibunda

Ibunda AlFatih yang bernama Yumahatun merupakan seorang wanita yang cerdas, sejak kecil berbagai pengetahuan sudah ditanamkan pada diri AlFatih, salahsatunya teritori geografi, dimana ibundanya menunjukkan letak kerajaan yang nantinya akan ditaklukkan AlFatih.
Selain itu AlFatih dididik agar tidak meninggalkan sholat,
Sejak baligh, AlFatih tidak pernah sekalipun meninggalkan dan menunda sholat fardhu, ia juga sangat rajin sholat tahajjud, tidak pernah absen dengan sholat tahajjud.

Kewajiban utama seorang ibu adalah mengurus anak, yang lainnya sambilan.
Ibu merupakan madrasah pertama anak anaknya.

Selain itu fungsi dasar ibu adalah membuat anak senyaman mungkin ketika berada di rumah.
Mau didoakan anak kita? Penuhi hak anak, jangan serahkan pengasuhan kpd orang lain,
Anak usia dua tahun harus menempel dgn ibunya terus, jgn terlalu di mandiri kan dulu, justru malah salah ketika anak sering ditinggal saat usia itu dgn dalih agar mandiri dan tdk manja.
Usia 2 tahun usia dimana akan ada emotional bonding ibu dan anak, menumbuhkan ikatan kuat antara ibu dan anak, yang nantinya akan berpengaruh kpd anak ketika sudah besar, anak akan selalu rindu pulang dimanapun ia berada karena ingin bertemu ibunya.
Sering seringlah peluk dan usap punggung anak.

Nikahi wanita yang wadud dan walut.

Pertama, Wadud ketika seorang wanita punya sifat  Wadud, anak akan merasa ingin dekat selalu dgn ibunya karena nyaman, begitu pula suami. Suami akan ingin ada kecenderungan menempel kepada istri.
Wadud dikaitkan dengan mawadah, yang artinya ada cinta yang membuatnya ingin menempel terus.

Ingin tahu apakah rumah tangga mawadah atau tidak?
Amati dari perlakuan suami, ketika suami ingin menempel pada istri entah itu memeluk dsb maka disanalah mawadah hinggap
Begitu pula amati istri anda, apakah ia ingin menempel pada suami terus? nyandar di bahu suami, kemana mana digandeng, kalo tidur selalu bersentuhan, seakan tidak mau lepas, maka disanalah mawadah.. ada cinta dalam diri suami atau istri.

Kedua, nikahi wanita yang Walut, yang artinya banyak anak, kemampuan melahirkan.
Karena Rasul akan membanggakan jumlah umat muslim di hari kiamat nanti.

3. Peran guru AlFatih

Ketik sudah agak besar, AlFatih diserahkan kepada gurunya untuk belajar, baik itu ilmu perang, dsb hingga AlFatih bisa menaklukkan konstantinopel.

4. Cari lingkungan yang kondusif

AlFatih tumbuh dalam lingkungan yang taat, kondusif dimana Islam berkembang dgn baik dan dijunjung tinggi disana.

Ketika sudah berkeluarga, carilah lingkungan yang baik untuk ditinggali, berbahasa santun, dekat dgn masjid.
Jangan cari lingkungan yang dekat dengan pasar dan tempat maksiat, juga tempat yg banyak bahasa kasar, tempat2 itulah lingkungan yang rusak.
Cari lingkungan yang sebaik mungkin karena akan mempengaruhi tumbuh kembang anak.

5. Pertemanan

AlFatih sejak kecil memiliki lingkungan pertemanan yang baik, sudah saling mengingatkan sholat dan berbuat kebaikan. Betapa penting lingkaran pertemanan itu dalam hidup kita, teman terdekat kita bisa menggambarkan siapa kita.


Sekian, semoga bermanfaat...
Menerima koreksi dan saran:)


Notulen : Anindita

๐ŸƒSelasa, 17 Desember 2019๐Ÿƒ
Masjid Jenderal Sudirman
Ust. Sulaim

Kisah Talut dan Jalut

Talut adalah seorang pemimpin perang yang diutus Nabi Shammil untuk melawan Jalut
Jalut adalah seorang Raja Kafir yang dzalim. Sebelum berangkat perang, ada sebuah perjanjian yaitu jika menemui sungai, maka hanya boleh minum airnya satu cakupan saja.

Berangkatlah mereka untuk berperang, di perjalanan mereka menemukan sungai, karena rasa dahaga segeralah mereka mengambil air di sungai itu untuk diminumnya. Ada yang meminum satu cakupan ada juga yang lebih, padahal sebelumnya mereka sudah berjanji untuk tidak minum lebih dari satu cakupan. Pasukan Thalut yang tadinya terdiri dari beberapa ribu orang hanya tinggal 313 orang yang melanjutkan perjalanan untuk berperang, sebagian besar tidak melanjutkan perjalanan mereka.

313 orang inilah yang terpilih , mereka  orang-orang yang sabar dan sangat yakin luar biasa kepada Allah bahwa pertolongan Allah itu nyata, sehingga mereka tawakal dan tidak takut.

Ketika sampai di tempat perang, pasukan Thalut bertemu dengan Raja Jalut, ditantanglah pasukan Thalut untuk duel satu lawan satu dengan Raja Jalut.

Diantara pasukan Thalut, hanyalah ada satu yang berani, Siapa dia? dia adalah Daud, yang kemudian hari akan menjadi Nabi. Daud di perjalanan  telah mendapatkan irhas (Sesuatu kejadian istimewa yang Allah berikan kepada calon Nabi), yaitu Daud bertemu dengan tiga batu yang meminta dirinya untuk dibawa perang melawan Raja Jalut. Daud yang saat itu masih kecil ditertawakan oleh Raja Jalut. Namun atas izin Allah Jalut berhasil dikalahkan oleh Daud dan mendapatkan kemenangan.  Betapa sabar dan tawakal itu penting untuk pondasi hidup kita, Allah akan menolong orang-orang yang sabar dalam ketaatan.

 Ada lagi sebuah cerita yang dapat diteladani, sebuah keluarga sederhana memiliki 12 orang anak, suami hanya bekerja sebagai petani biasa dan istrinya Ibu Rumah Tangga. Kedua belas anak itu sukses semua di masa dewasanya, mengapa? Ternyata kuncinya ibu mereka sabar dalam menjalani ibadah rutin sholat tahajjud dan sholat hajat setiap harinya untuk mendoakan anak-anak mereka supaya sukses.

Sabar dan tawakal lah dalam menjalani hidup, ingin kaya ya kerja, ingin pintar ya belajar, perbanyak sabar dan tawakal dalam menjalani hidup, usaha dan doa bersinergi.

Sekian, semoga bermanfaat...
Menerima saran dan masukan:)


Notulen : Anindita


๐ŸƒKamis, 19 Desember 2019๐Ÿƒ Ust.Dwi Budiarto Masjid Nurul Ashri Pendidikan Kepemimpinan Rasulullah "Jika Allah menghendaki kebaikan pad...